UIMSYA Teguhkan Etika Ekologis Kampus melalui Program Berhias

 

Banyuwangi, 25 Desember 2025 – Di tengah eskalasi krisis iklim global yang semakin nyata ditandai oleh peningkatan suhu bumi, degradasi ekosistem, serta frekuensi bencana ekologis perguruan tinggi dituntut tidak hanya menjadi pusat produksi pengetahuan, tetapi juga aktor etis dalam merespons tantangan zaman. Dalam konteks inilah Universitas KH. Mukhtar Syafaat (UIMSYA) Banyuwangi menegaskan perannya melalui peluncuran Program Berhias (Bersih, Hijau, Asri) sebagai ikhtiar kolektif membangun kampus ramah lingkungan yang berakar pada kesadaran akademik, moral, dan spiritual.

Program Berhias yang diluncurkan di Kampus 2 UIMSYA, Desa Karangmulyo, Tegalsari, Banyuwangi, tidak diposisikan sebagai kegiatan seremonial semata. Program ini dirancang sebagai gerakan berkelanjutan yang mengintegrasikan praktik kebersihan, penghijauan, dan penataan lingkungan dengan pembentukan karakter sivitas akademika. Penanaman pohon, perawatan ruang hijau, serta pelibatan mahasiswa dan masyarakat sekitar menjadi praktik konkret yang merefleksikan kesadaran bahwa krisis iklim tidak dapat diselesaikan hanya melalui wacana, tetapi membutuhkan perubahan perilaku dan budaya.

Dalam perspektif etika lingkungan (environmental ethics), krisis ekologis modern lahir dari cara pandang antroposentris yang menempatkan alam semata sebagai objek eksploitasi. Program Berhias hadir sebagai koreksi etis terhadap paradigma tersebut dengan menempatkan kampus sebagai ruang pembelajaran ekologis (ecological learning space). Melalui praktik nyata merawat lingkungan, UIMSYA membangun kesadaran bahwa relasi manusia dan alam harus bersifat resiprokal saling menjaga, bukan saling merusak.

Pendekatan ini semakin menemukan relevansinya ketika dibaca melalui kerangka Maqāṣid al-Sharī‘ah sebagaimana dikembangkan oleh Jasser Auda. Auda menekankan bahwa tujuan syariat bersifat dinamis, sistemik, dan berorientasi pada kemaslahatan hidup yang berkelanjutan. Dalam kerangka ini, kerusakan lingkungan dipahami sebagai bentuk fasād fi al-arḍ kerusakan di muka bumi yang bertentangan dengan prinsip iṣlāḥ (perbaikan) sebagai tujuan utama kehidupan manusia. Dengan demikian, praktik menjaga lingkungan bukanlah aktivitas tambahan, melainkan bagian integral dari misi keagamaan dan kemanusiaan.

Konsep fasād dan iṣlāḥ tersebut menemukan manifestasi nyatanya dalam Program Berhias. Ketika sivitas akademika terlibat langsung dalam penanaman pohon, pengelolaan kebersihan, dan penataan ruang hijau, mereka sedang mempraktikkan nilai iṣlāḥ secara konkret. Lingkungan kampus tidak hanya diperindah secara fisik, tetapi dipulihkan sebagai ruang hidup yang sehat, berkelanjutan, dan bermartabat sebuah antitesis dari logika perusakan yang kerap melahirkan bencana ekologis.

Sejalan dengan itu, Fiqh al-Bī’ah (fikih lingkungan) memberikan dasar normatif bahwa menjaga alam adalah kewajiban religius. Alam dipandang sebagai amanah ilahi yang harus dirawat demi keberlanjutan generasi. Dalam konteks ini, praktik ekologis dalam Program Berhias dapat dibaca sebagai ibadah sosial yang kontekstual, di mana tindakan merawat lingkungan menjadi ekspresi nyata dari keimanan dan tanggung jawab moral manusia sebagai khalifah fil ardh.

Komitmen ini diperkuat oleh kebijakan institusional UIMSYA melalui pembentukan Duta Mahasiswa Berhias dari setiap program studi. Langkah ini menunjukkan bahwa UIMSYA tidak berhenti pada pendekatan struktural, tetapi juga membangun strategi kultural. Mahasiswa diposisikan sebagai agen perubahan yang menularkan nilai kepedulian lingkungan ke dalam kehidupan akademik sehari-hari, sehingga kesadaran ekologis tumbuh sebagai habitus, bukan sekadar slogan.

Dalam kerangka pembangunan global, Program Berhias juga merepresentasikan kontribusi nyata UIMSYA terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan terkait aksi iklim, ekosistem daratan, dan pembangunan komunitas berkelanjutan. Pelibatan masyarakat sekitar kampus menegaskan peran perguruan tinggi sebagai simpul transformasi sosial-ekologis yang berdampak langsung di tingkat lokal, sekaligus relevan dengan agenda global.

Lebih dari sekadar program lingkungan, Berhias menjadi simbol komitmen UIMSYA dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan, etika, dan spiritualitas ke dalam praktik kelembagaan. Kampus tidak hanya menjadi ruang transfer ilmu, tetapi juga ruang pembentukan kesadaran ekologis yang berlandaskan nilai keislaman dan tanggung jawab sosial.

Melalui Program Berhias, UIMSYA Banyuwangi menghadirkan model kampus yang tidak hanya hijau secara visual, tetapi juga kokoh secara teoretik dan etis. Di tengah krisis iklim yang semakin kompleks, langkah ini menegaskan bahwa perguruan tinggi berbasis nilai memiliki peran strategis dalam merawat bumi sebagai rumah bersama, sekaligus menanamkan harapan bahwa perubahan besar selalu berawal dari praktik kecil yang konsisten dan bermakna.



 

 


Posting Komentar

© LPPM UIMSYA. All rights reserved. Developed by Jago Desain